Minggu, 12 Desember 2010

KASIH SAYANG UNTUK MERAIH KEHIDUPAN DAMAI

Rabindranath Tagore, seorang penyair dan filsuf ternama mengajarkan pada kita bahwa, kasih sayang tidak hanya dapat diberikan kepada orang terdekat, tetapi kasih sayang harus kita berikan pada seluruh makhluk hidup. Dan Tuhan adalah intisari dari kasih sayang itu, maka untuk mewujudkan rasa bhakti yang tulus kepada Tuhan hendaknya kita mampu merealisasikan cinta kasih tersebut melalui ciptaannya. Pernyataan Tagore tersebut patut kita renungkan, karena seringkali kita sebagai umat beragama berusaha menjalani ajaran agama dengan baik ( sembahyang, beryadnya, melakukan tirta yatra, dll ). Hal itu tentu tidak salah, namun dalam praktek kehidupan kita sering melupakan hal-hal kecil yang ada disekeliling kita, yaitu menerapkan kasih sayang kepada semua makhluk hidup, tidak peduli kaya atau miskin, berpendidikan atau tidak, kepada orang tua, saudara dan orang-orang terdekatpun terkadang kita sulit menerapkan kasih sayang yang tulus itu. Hanya sedikit ada orang-orang yang mampu melakukan hal itu, karena kita sering dibutakan oleh egoisme dan keangkuhan yang ada dalam diri kita.

Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan teknologi disamping telah mampu melahirkan dampak-dampak positif dan juga dampak-dampak yang negatif serta mampu merubah pola pikir dan tatanan kehidupan manusia baik secara individu maupun secara sosial. Namun untuk mengecilkan pengaruh negatif yang muncul akibat perkembangan tersebut, yang tentunya berpengaruh terhadap hakekat kasih sayang, akibat dari kemajuan serta perkembangan yang ada, dimana satu dengan yang lainnya terjebak pada persaingan, lambat atau cepat mengeleminasi kasih sayang diantara sesamanya.
Bagaimana Hindu memandang tentang konsep cinta kasih dan kasih sayang?
Kapan cinta kasih dan kasih sayang itu akan lahir dan bagaimana jika hal tersebut dikorelasikan dengan fenomena (kejadian) saat ini ?
Benarkah cinta kasih dan kasih sayang sebagai nafas kehidupan untuk menggapai impian kita bersama yaitu kedamaian ?

Menumbuhkan cinta kasih dan kasih sayang sebagai nafas kehidupan untuk meraih kedamaian. Secara etimologi, dalam kamus bahasa Indonesia “Cinta” mempunyai arti sayang benar, suka sekali dan rindu. Sedangkan “Kasih” adalah perasaan sayang, perasaan iba. Bagaimana Hindu memandang tentang konsep Cinta kasih dan Kasih sayang ? Dalam bahasa Sanskerta Cinta adalah berasal dari urat akar kata Snih, dalam konteks ini cinta bukan harus dimiliki melainkan apa yang sudah ada patut dipelihara. Sedangkan menurut cendikiawan Hindu abad ke 19 Yaitu Svami Vivekanandha menyampaikan dalam sidang parlemen Agama-agama se-Dunia pada tanggal 11 September 1893 menyebutkan bahwa Cinta kasih adalah daya penggerak, karena cinta kasih selalu menempatkan dirinya sebagai pemberi bukan penerima. Yang patut di ketahui bahwa Tuhan adalah yang Maha welas asih. Jika kita dengan penuh kesadaran cinta dan kasih kepada Tuhan maka kebenaran (sathya) yaitu kemahakuasaan Tuhan akan datang karena daya penggerak atau cinta kasihNya. Jadi dari uraian tersebut maka dapat dipahami bahwa Cinta Kasih adalah Perasaan rindu, sayang yang patut untuk dibina dengan penuh kesadaran tanpa keterikatan.
Seperti dalam Bhagavad Gita XII. 13, disebutkan tentang orang yang telah memahami dan mengaplikasikan cinta kasih : Advesta sarva-bhutanam, Maitrah karuna eva ca
Nirmamo niraham karah, Sama dukha-sukhah ksami Artinya Dia yang tidak membenci segala mahluk, Bersahabat dan cinta kasih Bebas dari keakuan dan keangkuhan,Sama dalam duka dan suka,pemberi maaf Sedangkan Kasih sayang adalah perasaan yang lahir dari cinta kasih dan diberikan dengan penuh kesadaran tanpa keterikatan

apan Semua itu akan lahir ?
Ada lima aspek kepribadian manusia, yaitu (1) Intelek atau kecerdasan, memungkinkan manusia menganalisa dan menentukan apa yang benar dan apa yang salah, mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang palsu dan mana yang sejati, (2) Fisik, semua mahluk terbentuk dari unsur fisik yang sama. Fisik sebagai aspek kepribadian yang dimaksud di sini adalah pengembangan kebiasaan memimpin dan mengendalikan hasrat. Kesanggupan menolong, kecakapan sosial, kemampuan etika, semuanya terkait dengan jasmani yang berhubungan dengan nilai kebajikan dan tindakan yang baik, (3) Emosi, tingkat emosi menggambarkan penggunaan panca indera secara benar. Emosi hendaknya dipahami dan dikendalikan agar menjadi alat yang berguna bagi kesejahteraan hidup individu dan masyarakat. Bila seseorang mengalami keseimbangan emosi maka ia memperoleh kedamaian, (4) Psikis atau kejiwaan adalah aspek kepribadian manusia yang paling sulit dilukiskan, karena merupakan kualitas diri kita yang menjadi sumber kasih. Kasih bukanlah emosi. Kasih adalah energi yang memancar dari diri kita kepada orang lain atau makhluk di sekitar kita. Kasih tidak berkaitan dengan emosi. Kasih adalah nilai kemanusian yang mulia dalam hidup, (5) Spiritual, dalam spiritualitas, seseorang menghayati kesatuan yang mendasar dan kemanunggalan segala ciptaan. Kita mempunyai hubungan langsung dengan segala sesuatu di alam semesta ini : udara, air, api, tanah, angkasa, dan kombinasi semuanya itu. Bila kita menyadari kenyataan dasar ini, hasilnya ialah nilai tanpa kekerasan. Dari semua inilah lahirnya cinta kasih dan kasih sayang.
Bagaimana hal tersebut (Cinta kasih dan kasih sayang) dikorelasikan dengan fenomena (kejadian) saat ini ?
Semua agama yang ada mengajarkan kepada umatnya untuk selalu berpikir, berucap dan berbuat yang baik dan benar, tidak ada satu agama apapun yang mengajarkan kekerasan, kebencian dan kemunafikan. Setiap agama pada dasarnya mengajarkan prinsip-prinsip kebenaran (Sathya), kebajikan (Dharma), kedamaian (Santih), kasih sayang (Prema) dan tanpa kekerasan (Ahimsa) dengan tujuan agar umatnya mendapatkan kebahagiaan baik sebagai mahluk individu maupun sosial, jasmani dan rohani.
Melihat kondisi kehidupan berbangsa – bernegara sekarang ini, sungguh kita semua merasa prihatin. Banyak diantara kita, saudara-saudari kita yang menjalani hidup dalam keresahan, kegelisahan dan dihantui kecemasan serta suasana yang tidak menentu. Apakah penyebab semua ini ? Penyebabnya adalah kekuasaan, nafsu – keinginan yang tiada batasnya, sifat mementingkan diri sendiri, kemarahan dan kebencian, dan keserakahan. Kitab suci agama-agama menyatakan, bahwa “Nafsu-keinginan, kebencian-kemarahan, ketamakan-keserakahan, kebingungan, kemabukan- narkoba, dan irihati, “ adalah musuh utama setiap manusia yang harus dilenyapkan, karena dapat membawa dan menjerumuskan kita ke neraka. Tidakkah keenam sifat itu yang telah menyebabkan hancur dan terpuruknya keadaan bangsa dan Negara kita ?. Jadi musuh itu tidak ada di luar diri kita tapi ada dalam diri manusia, inilah yang harus di renungkan secara mendalam untuk meraih kedamaian ! Atas dasar suatu kedamaian pula lahir sebuah organisasi Perserikatan Bangsa-bangsa yang juga membawa misi kedamaian untuk dunia. Munkinkah misi itu akan tercapai ? Tidak !… Apabila masing-masing Negara di dunia ini belum bisa mewujudkan kedamaian di negaranya masing-masing. Bisakah suatu Negara bisa mewujudkan kedamaian ? Tidak pula ! …apabila tiap-tiap satuan masyarakat atau golongan tidak terwujud suatu kedamaian. Bisakah suatu masyarakat tersebut mewujudkan kedamaian ? Jawabannyapun tidak ! …apabila dalam satuan masyarakat kecil yaitu keluarga belum bisa mewujudkan kedamaian. Mampukah suatu keluarga mendapatkan kedamaian ? Tidak ! …apabila anggota keluarga yaitu individu-individu belum bisa mewujudkan kedamaian dalam diri sendiri. Jadi untuk mencapai misi tersebut yaitu kedamaian dimulai dari individu-individu yang dilandasi cinta kasih dan kasih sayang yang menjadi nafas dalam kehidupan ini agar kita mampu untuk melaksanakan Dharma Agama dan Dharma Negara.